(GEOTHERMAL) alterasi
Alterasi
Fluida dan batuan reservoir
dalam suatu sistem panasbumi saling berinteraksi, sehingga mengakibatkan
terjadinya perubahan komposisi fasa padat maupun komposisi fasa cair. Perubahan
komposisi ini merupakan hasil nyata dari proses reaksi kimiawi. Ada beberapa
definisi dari beberapa ahli geologi mengenai alterasi, antara lain:
1. Perubahan komposisi
mineralogi dari suatu batuan karena aktivitas hydrothermal (Courty,
1945).
2. Digunakan dalam klasifikasi
pada fasa metamorfosis yang bersifat lokal (Jim, 1956).
3. Dimaksudkan sebagai gejala
ubahan pada batuan dan mineral sekunder (supergene) seperti replacement,
oksidasi dan hidrasi.
Interaksi antara fluida
hidrotermal dengan batuan yang dilewatinya (batuan dinding),
akan menyebabkan terubahnya mineral-mineral primer menjadi mineral
ubahan (alteration minerals), maupun fluida itu sendiri.
Ubahan hidrotermal merupakan
proses yang kompleks, melibatkan perubahan mineralogi, kimiawi, dan tekstur,
hasil interaksi fluida dengan batuan yang dilewatinya (Pirajno, 1992).
Perubahan-perubahan tersebut akan tergantung pada karakter batuan dinding,
karakter fluida (Eh, pH), kondisi tekanan maupun temperatur pada saat reaksi
berlangsung (Guilbert dan Park, 1986), konsentrasi, serta lama aktivitas
hidrotermal (Browne, 1991 dalam Corbett dan Leach, 1996). Walaupun
faktor-faktor di atas saling terkait, tetapi temperatur dan kimia fluida
kemungkinan merupakan faktor yang paling berpengaruh pada proses ubahan
hidrotermal (Corbett dan Leach, 1996). Henley dan Ellis (1983 dalam Pirajno,
1992) percaya bahwa ubahan hidrotermal pada sistem epitermal tidak banyak
bergantung pada komposisi batuan dinding, akan tetapi lebih dikontrol oleh
kelulusan batuan, temperatur dan komposisi fluida, Laju alir fasa cair dan fasa
uap, Permeabilitas batuanKonsentrasi CO2 dan H2S dalam fluida mempunyai
pengaruh yang penting pada tiap mineralogi sekunder,dan asal usul terjadinya
pemanasan.
Terdapat beberapa tipe
alterasi secara hydrothermal, menurut Hochstein adalah
sebagai berikut:
1. Alterasi Langsung
(Pengendapan)
Untuk dapat terbentuk secara
langsung, maka batuan reservoir panasbumi harus memiliki celah, dimana dengan
adanya celah ini fluida reservoir dapat mengalir. Saluran ini antara lain
berupa joint, fracture, fault, vug pore dan
fissure.
2. Alterasi Replacement
(Penggantian)
Kebanyakan batuan mengandung
mineral utama yang tidak stabil. Mineral ini memiliki kecenderungan untuk
digantikan dengan mineral yang lebih stabil pada kondisi yang baru.
3. Alterasi Leaching
(Pelepasan)
Terjadinya uap yang terasamkan
secara oksidasi dari gas H2S, maka batuan yang memiliki mineral pengganti (attacks
rock) akan menggantikan mineral primer tanpa mengganggu lubang yang telah
ada. Alterasi ini dapat dikelompokkan berdasarkan mineral yang dihasilkan,
yaitu:
a. Albitisasi
Alterasi yang dihasilkan dari
perubahan mineral lain terutama K feldspar oleh larutan yang kaya Na.
b. Alunitisasi
Dijumpai pada batuan beku
berbutir halus yang terdapat disekeliling vein epithermal, dihasilkan oleh
aktivitas air yang bersifat sulfat.
c. Argilitisasi
Biasa ditemukan pada batuan
samping dari vein dimana cairan pembentuk akan mengubah mineral feldspar
menjadi lempung.
d. Karbonitisasi
Dihasilkan oleh intrusi atau
pembentukan mineral karbonat setempat.
e. Chloritisasi
Mineral sebelumnya, umumnya
berupa mineral alluminous ferromagnesian silicate.
f. Epidotisasi
Perubahan mineral alluminous
ferromagnesian silicate menjadi epidote terdapat pada chlorite.
g. Silisifikasi
Dihasilkan oleh introduksi silica
dari larutan magmatic akhir.
h. Piritisasi
Suatu perubahan mineral ferromagnesian
menjadi pirite.
Tipe
Produk Pengganti Mineral Primer Karena Alterasi Hydrothermal
Original mineral
|
replacement products
|
volcanic glass
|
zeolite* (e.g. mordenite, laumontite, criscobalite,
quartz. calcite. clays (e.g. montmoriloite)
|
Magnetite/ilminite/titanoomagnetite.
|
pyrite, leucoxene: spnene,pyrhotite, hematite
|
pyroxene/ampnibole/olivine/ biotite
|
chlorite, illite. quartz, pyirite, calcite,
anhydrite
|
calcic plagioclase
|
calcite, albite, adularia, vairakite, quartz.
anhydrite. chlorite. Illite, kaolin, monmorilonite. epidote
|
anorthoclase/sanidine/orthoclase
|
adularia
|
Pada daerah yang dipengaruhi
oleh aktivitas hydrothermal, hasil alterasi batuan diharapkan
memberikan informasi kondisi fisik dan kimia selama proses alterasi
berlangsung. Keadaan ini dicerminkan dengan adanya asosiasi mineral sekunder
yang terbentuk. Hayashi (1968), mengelompokkan proses alterasi berdasarkan
mineral sekunder juga gambaran fisik dan kimiawi selama proses berlangsung.
Creasey (1966) membuat
klasifikasi ubahan hidrotermal pada endapan tembaga porfir menjadi tiga tipe
yaitu propilitik, argilik, potasik, dan himpunan kuarsa-serisit-pirit.Lowell
dan Guilbert (1970), membuat model alterasi-mineralisasi juga pada endapan
bijih porfir, menambahkan istilah zona filik, untuk himpunan
mineral kuarsa + serisit + pirit ± klorit ± rutil ± kalkopirit.
1. Tipe propilitik
Dicirikan oleh kehadiran klorit
disertai dengan beberapa mineral epidot, ilit/serisit,
kalsit, albit, dan
anhidrit .Terbentuk pada temperatur 200-300°C pada pH near neutral,
dengan salinitas yang beragam, umumnya pada daerah yang mempunyai permeabilitas
rendah.
Menurut Creasey (1966) terdapat
empat kecenderungan himpunan mineral yang hadir
pada tipe propilitik, yaitu :
a. klorit-kalsit-kaolinit
b. klorit-kalsit-talk
c. klorit-epidot-kalsit
d. klorit-epidot.
2. Tipe argilik
Pada tipe argilik terdapat dua
kemungkinan himpunan mineral, yaitu muskovit-kaolinit- monmorilonit dan
muskovit-klorit-monmorilonit. Himpunan mineral pada tipe
argilik terbentuk pada temperatur 100-300°C (Pirajno, 1992), fluida
asam hingga neutral dan salinitas yang rendah.
3. Tipe potasik
Tipe ini dicirikan oleh
melimpahnya himpunan muskovit-biotit-alkali felsparmagnetit.
Anhidrit sering hadir sebagai asesori, serta sejumlah kecil albit dan titanit
(sphene) atau rutil kadang terbentuk. Ubahan potasik terbentuk pada daerah yang
dekat batuan beku intrusif yang terkait, fluida yang panas (>300°C),
salinitas tinggi, dan dengan karakter magmatik yang kuat.
4. Tipe filik
Tersusun oleh himpunan mineral kuarsa-serisit-pirit,
yang umumnya tidak mengandung mineral-mineral lempung atau alkali felspar.
Kadang mengandung sedikit anhidrit, klorit, kalsit, dan rutil. Terbentuk pada
temperatur sedang sampai tinggi (sekitar 230°-400°C), fluida asam hingga
neutral dengan salinitas yang beragam, pada zona yang permeabel dan pada batas
dengan urat.
5. propilitik dalam
(inner propylitic),
Menurut Hedenquist dan Lindqvist
(1985 dalam Pirajno, 1992) zona ubahan pada sistem epitermal sulfidasi rendah
(fluida kaya klorida, pH mendekati netral) umumnya juga menunjukkan zona ubahan
seperti pada sistem porfir, tetapi menambahkan istilah inner propylitic untuk
zona pada bagian yang bertemperatur tinggi (>300°C), yang dicirikan oleh
kehadiran epidot, aktinolit, klorit, dan ilit.
6. Advanced argillic
Sedangkan untuk sistem epitermal
sulfidasi tinggi (fluida kaya asam-sulfat), ditambahkan istilah advanced
argillic yang dicirikan oleh kehadiran himpunan mineral pirofilit +
diaspor ± andalusit ± kuarsa ± tourmalin
± enargit-luzonit (untuk temperatur tinggi,
250-350°C), atau himpunan mineral kaolinit + alunit ± kalsedon
± kuarsa ± pirit (untuk temperatur
rendah, <180°C).
7. Tipe skarn
Batasan mineralogi skarn sampai
sekarang masih kabur (Taylor 1996). Masalah yang lain, banyak batuan skarn yang
memperlihatan tekstur ukuran butir halus, yang mempersulit dalam identifikasi
mineral pada batuan skarn. Walaupun demikian terdapat mineralogi yang sangat
umum yang sering didapatkan pada batuan skarn, yaitu kelompok garnet,
piroksen, amfibol, epidot dan magnetit. Mineral lain
yang umum adalah wolastonit, klorit, biotit dan kemungkinan
vesuvianit (idokras). Garnet-piroksen-karbonat adalah kumpulan mineral yang
paling umum dijumpai pada batuan induk karbonat yang orisinil (Taylor 1996).
Amfibol umumnya hadir pada skarn sebagai mineral tahap akhir yang
meng-overprint mineral-mineral tahap awal. Aktinolit (CaFe) dan tremolit (CaMg)
adalah mineral amfibol yang paling umum hadir pada skarn. Jenis piroksen yang
sering hadir adalah diopsid (CaMg) dan hedenbergit (CaFe). Terbentuk pada
fluida yang mempunyai salinitas tinggi dengan temperatur tinggi (sekitar
300°-700°C).
8. Tipe Greisen
Himpunan mineral pada greisen
adalah kuarsa- muskovit (atau lipidolit) dengansejumlah
mineral asesori seperti topas, tourmalin, dan fluorit yang
dibentuk oleh ubahan metasomatik post-magmatik granit (Best 1982, Stemprok 1987
dalam Evans 1993).Masalahnya, seringkali kita mendapati dalam satu contoh
batuan ditemukan beberapa mineral dari dua tipe atau lebih. Prosedur yang baik
untuk tahap awal observasi batuan tersebut di atas adalah menulis semua mineral
yang nampak sebagai himpunan mineral. Apabila dalam satu batuan dijumpai
mineral-mineral klorit, kuarsa, kalsit, dan kaolinit, maka
disebut sebagai himpunan klorit-kuarsa-kalsit-kaolinit.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar